Senin, 03 Oktober 2016

KETENANGAN
Menatap Cermin Dalam Sunyi…
Menatap sebuah cermin
Dalam kesunyian…
Bayangan hitam didalamnya
Tak ada kata lagi…
saat bercerita tentang diri
Tak ada kesombongan lagi…
saat bayangan retak yang nampak
wajah kusam yang nampak
menghancurkan ego dalam diri
noda dalam wajah…
menjadikan sesal dalam hati
saat cibir menilai wajah-wajah lain
kerut yang nampak
menciutkan nyali ini
teringat topeng yang tak pernah lepas
hanya karena-Mu
menutup aib diri ini
membuatku masih tetap berdiri
Takkan cermin yang kupecah…
Jiwa ini yang kubebaskan…
dari belenggu angkara
mengikatkannya pada Tali-Mu
Bukan Cermin yang kusapu…
Hati ini yang kubersihkan…
dari debu yang menebal
dengan menghirup sejuknya kesucian-Mu
menatap sebuah cermin dalam kesunyian…
saat kejujuran tak dapat terpecahkan
dusta menguap dalam ruang hampa
=====================================================
Perjalanan #2
Aku berdiri di tepian sebuah bukit
memandang lautan tak bertepi…
meninggalkan perjalanan dimasa lalu
saat itu…
tanpa sepatah kata pun
hanya jeritan tangis yang terdengar
Terangnya cahaya palsu diperjalanan
menyilaukan mata hati ini
menjadikan relung kalbu semakin gelap
dan aku melupakan tangis dimasa itu
Aku kini hanya berdiri disini
melihat cahaya di ufuk bumi
hanya sekedar bersiap
mengarungi samudera kehidupan
berharap menemukan tepiannya
Dimana aku akan berhenti…
menambatkan hati pada yang Abadi
Melepaskan sauh surga sesaat…
aku ingin tak ada tangis mengiri kepergianku
=====================================================
Perjalanan #1
Kaki ini hanya melangkah
dalam badai yang tak mereda
saat jiwa yang basah oleh fatamorgana
semakin deras butiran salju di perjalanan
Hanya sesaat reda…
Teriknya Matahari menyengat
kembali membakar jiwa yang kering
kemaraunya…
menghanyutkan jiwa dalam derasnya kehidupan…
Aku hanya ingin berteduh
mencari ketenangan dalam diri
menemukan ketentraman yang hakiki
menghangatkan dinginnya hati ini
menghilangkan panasnya kemarau jiwa ini
sebuah pondok diatas bukit
menghadap lautan luas…
kiranya disana aku akan menambatkan jiwa ini…
=====================================================
Kupu-kupu Hitam Putih

Kupu-kupu Yang Lucu
Terbang kesana kemari…
Ditaman Kehidupan ini
dalam usia yang singkat
Kau banyak menebarkan kebaikan…
Kau Tebarkan semerbak bunga
Kau Hiasi taman Duniawi ini dengan warna yang rupawan
Dalam Perjalanan Singkatmu kau mampu menebar keindahan…
Kupu-kupu yang Cantik
Mengapa kadang kau bersembunyi dari sang mentari…
Hampa Taman ini tanpa hadirmu
Layu bunga mekar tanpa sentuhanmu
Kupu-kupu yang indah
sungguh mulia budimu…
disaat terang kadang kau bersembunyi dari cahaya
Dimalam gelap kau tetap bertasbih kepada-Nya
Memohon Cahaya di atas Cahaya
Menenerangi kehidupan abadi kelak bagimu
Kupu-kupu yang tabah…
semerbak wewangian di Taman, takkan aku nikmati tanpa peranmu
Tanpa kepakmu…aku hanyalah memandang taman yang sepi…
karena tak ada lagi kembang yang mekar…
Kupu-kupu yang Sabar…
Ketika hujan datang, mendung kau rasakan…
Ketika sorot matamu semakin layu…
Kurasakan terasa Hitam duniaku…
namun Putih kulihat raut wajahmu…
Tak Pernah sia-sia apa yang kau lakukan
dalam Perjalanan yang singkat
Kau beterbangan kesana kemari
Menambah semarak indahnya Taman kehidupan ini…
Kupu-kupu…
Kau adalah bentuk kepasrahan..
Kesabaran adalah sebuah perilaku bagimu…
Kemuliaan hati dalam berbagi adalah kodratmu…
Kau tetap jalani hidup dengan riang…
Karena kau telah bersiap untuk-Nya
Aku disini, memandangmu dari balik jendela
masih berfikir, mencari warna dalam hidupku
sementara Kau telah Melukis di atas kanvas Surgawi
menebarkan warna-warni di taman kehidupan ini…

untuk para Odapus...kalian adalah Inspirasi
dalam kesabaran dan kepasrahan...
Atma...

=====================================================

A Man Tears

Dalam Hujan

Seseorang berjalan

menyembunyikan air matanya…

Dalam Hujan

Suara tangisnya diredam Petir yang menggelegar

Hujan menghapus air matanya

Di ujung sebuah bukit yang mengahadap Samudera

Laki-laki itu berkata lirih

Aku hanya ingin kembali mencintaiMu…

=====================================================


The Prison of Freedom




Kata orang aku terpenjara

Kau Bilang juga aku terpenjara

katanya Dalam sunyi aku menyendiri

Kalian Bilang aku tak seperti kebanyakan orang…

Aku yang dianggapnya asing

hidup dalam ruang sempit penjara jiwa

Lari dari putaran zaman yang makin modern

bersembunyi dalam gelap, dari gemerlapnya dunia…

Tidakkah kau tahu…?

Aku yang kini menghampirimu

Membawa Penjara Jiwa ini

Penjara yang membebaskan aku

Dari Hegemoni cinta sesaat

dari Gelapnya Dunia yang terselubung cahaya palsu

Dari kelezatan hidangan surga dunia…

Kau tahu…

Besi karatan yang dulu aku jadikan emas

selalu kugenggam tak mau terlepas

Kini Penjara Jiwa itu membebaskanku

Kini emas layaknya besi berkarat

yang sewaktu terlepas aku tak menangisinya…

Aku yang kembali terjaga

dari senda gurau dunia yang hanya menyisakan sejuta penyesalan

Membawa penjara jiwa ini menghadapmu

Apalagi yang dapat aku pertahankan

ketika mahkota dikepalaku

direnggut oleh kematian

Ketika singgasana bersepuh emas putih itu

dijemput Malaikat maut

Sementara aku tetap terlena…

Aku disini, dengan jiwaku yang terpenjara

hanya ingin mendengarkan Nasihat kematian

Yang menyuruhku menghargai hidup ini

Menamparku dari lamunan kosong dan menyadarkanku

tentang aku yang fakir…yang hanya terbungkus pinjaman-Nya

Tentang banyak waktu yang terlewat dengan sia-sia

Tentang akhir dari sebuah perjalanan yang seringkali aku lupakan

Dengan jiwa yang terpenjara ini

Aku yang hanya berbekal cangkul hakiki

hanya ingin menggali ilmu untuk rumah ku nanti

Memupuk tanaman agar kelak manis buahnya akan kukecap

Merobek tabir cahaya palsu dunia

Agar tahu kegelapan yang tersembunyi dibaliknya…

Dengan jiwa yang terpenjara ini

aku datang padamu

Kembali menyongsong dunia

dan aku terbebaskan darinya…

=====================================================









Senandung Kerinduan





Dalam Heningnya malam ini…

Hanya sebuah  Nama ingin kusebut…

Nama yang selalu aku ingin ada di hati ini…

selalu berhembus dalam nafasku

Sebuah Nama Suci yang Agung…Malam Yang gelap ini…

Biarlah tubuh ini tanpa selimut…

Agar aku tetap terjaga

dan larut dalam menyebut nama itu…Hanya ingin perlahan aku menyebut nama ini

dalam keheningan lebih berkesan hati ini mengucapkan nya…Malam ini begitu gelap…

Tapi setitik Cahaya itu tetap aku berharap

berharap sinarnya menerangi hampanya hati ini…

dan sebagai bekal di esok hari…

Agar silaunya dunia tetap dikalahkan oleh cahaya malam ini…

Dan berharap esok masih kulihat indahnya kemilau embun di pagi hari

Tidak ingin aku menduakan lagi…

Kerinduanku ini tak tertahankan…

Kerinduan yang membuatku harus  bersabar…

Dari segala tipu daya hidup ini…

Dari mereka yang terlena dan mendustakan keagungan cinta ini…

Dari Nafsu diri ini yang selalu ingin membelenggu…Ah betapa sering aku melupakan nama itu…

Begitu pedihnya hati ini, mengingat aku telah berjalan tanpa Cahaya…

tertatih…Tak ingin lagi kebutaan itu menyertai aku nanti…

saat Langit terpecah…

saat tak ada lagi Cahaya dikegelapan ini…

Saat ampunan tak lagi dapat kuminta…Biarlah aku merelakan malam ini dalam kedinginan…

Agar kelak panasnya siksa itu tak aku temui

Karena aku takkan sanggup menanggungnya…Biarlah malam ini aku tetap sendiri dalam kesepian

Menemukan cinta dalam kerinduan ini

menunggu Cahaya itu datang…

Cahaya di atas Cahaya…

=====================================================



Perahu kecil Itu


Aku masih ingat tentang perahu kecil itu

Tentang laut biru yang aku tak mau pergi darinya

Tentang gelap saat Perjalanan tanpa Cahaya

terlena oleh indahnya alunan ombak di laut biru


Perahu kecil itu hanya terombang ambing

tanpa arah menjadi mainan gelombang yang kejam

tak tahu arah mau kemana

tak ada tepi yang mampu dijangkau

Hanya cahaya bintang kecil yang enggan berkelip

dijadikan kompas untuk sebuah asa…


Aku masih mengingatnya…

Saat perahu itu terpecah

dihempaskan oleh badai yang murka

berkeping terserak diantara hamparan karang…


Aku yang tenggelam dalam duka

Membawa luka yang dibalut asinnya air lautan

Tertatih mengumpulkan serakan perahu kecil itu

Dalam kebimbangan yang terombang-ambing samudera yang asing…


Ah…

Aku Tahu…

Murka sang badai adalah sebuah peringatan

agar aku tidak terlena oleh ayunan perahu kecil itu

Membuatnya terserak, agar aku terbangun

Bangkit dan membuat perahu yang lebih besar…


Agar saat Tsunami menghantam bahtera Perjalanan ini

Aku tetap berada dalam harmoni

Tak lagi berharap pada asa yang absurd

Agar Bintang yang enggan berkelip itu

Selalu terang menuntunku menuju tepian yang abadi

Bersama Cahaya Bulan yang menembus pekatnya samudera yang ganas…

=====================================================

KEMENANGAN

KEMENANGAN ADALAH KEBERSAHAJAAN

DALAM PERJUANGAN TAK KENAL ISTIRAH

KEMENANGAN ADALAH KEBERANIAN

MENERIMA SURATAN ILLAHI DAN MENGGENGGAMNYA

MEMBAWANYA MELANGKAH MELINTASI MATAHARI

KEMENANGAN ADALAH KEMENANGAN

MENAKLUKAN HASRAT DAN KEINGINAN

YANG DIBAKAR NAFSU ANGKARA TANPA BATAS

DARI DIRI SENDIRI DAN JIWA ORANG-ORANG YANG DENGKI
KEGELISAHAN

Kesepian yang ku alami

Rasa bersalah yang telah menggunung

Membawa jiwa ini penuh dengan rasa kegelisahaan

Yang sulit untuk merubahnya menjadi sebuah ketenangan


Apakah jiwa ku ini penuh dengan kegelapan ?

Apakah kegelisahan ini akan hilang tanpa bekas ?

Semua ini adalah perjalanan hidup ku

Yang berbekas jejak-jejak hitam


Roda-roda kehidupan yang ku gulirkan

Telah menuju dua arah yang berbeda

Membuat jiwa ini harus memilih

Perjalanan hidup antara hitam dan putih


Ganasnya jiwa yang penuh kebencian

Akan padam dengan secercah cahaya

Dari cinta dan kasih sayang

Yang menebarkan indahnya jiwa yang tenang


Kegelisahan dalam hidup ku

Akan ku hempaskan jauh-jauh

Dan ku kan mencari ketenangan jiwa

Yang meneteskan sebuah kebahagiaan

Dengan sayap-sayapnya yang indah
Puisi Malam Sunyi Sekali


Malam Begitu Sunyi
Karya: Rayhandi

Di malam yang hitam ini
Aku sendiri meringkuk memegang lutut
Termenung aku di ambang lelah
Menanti pagi yang segera mengetuk

Malam ini begitu sunyi terasa
Aku hanya sendiri memandang bulan
Melihat bahwa di sana seseorang melihat bulan yang sama
Meski nyata jarak memisah

Malam ini begitu sunyi terasa
Disini hanya ada sebilah rindu 
Menemaniku hingga terlelap
Mencari celah di ujung rasa

Malam ini begitu sunyi terasa
Bintang di langit menjadi kekasih sunyi
Dan bulan akan selalu menjadi doa yang menemani hati
Membantu kuat saat rapuh kian memakan


Doaku di Malam Sunyi
Karya: Rayhandi

Aku hanya seorang manusia
Yang tertatih di yang namanya kehidupan
Doa selalu kuucap untuk hari yang tidak pernah kutahu
Untuk setiap cobaan yang kian hari kian membesar

Terkadang aku menangis hingga meratab
Menyesali setiap rasa sakit
Meringis luka yang takkan kering
Memikirkan cobaan yang takkan usai

Malam ini
Saat bulan bertemu dengan sudut bintang
Saat bintang menggenggam rembulan
Saat ribuan kunang kunang membelah belantara rimba
Saat itu aku menangis hingga patah

Saat malam menemani hati yang rapuh
Saat sunyi memanjakan telinga yang gersang
Terbesit kerinduan yang memangku semesta
Aku mencoba bersabar

Selalu kuingat bahwa tuhan itu tidak tidur
Ia mendengar jeritanku bahkan yang kubungkam
Ia melihat lukaku bahkan yang kukubur
Ia maha tahu


Rindu di Sudut Malam
Karya: Rayhandi

Malam sunyi mencekam
Menyayat daging hingga mengerang
Menjerit hingga suara terbang putus
Inikah rindu

Rindu terkadang teramat menyakitkan
Meremukkan hati hingga debu
Meniupkan belati yang tertancap asmara
Sakit di ujung rasa

Tuhan tawanlah rasa rindu ini
Kurung ia di sudut jeruji
Ajari ia cara bersabar dan bertahan
Agar ia tidak memakanku perlahan

Merindukan seseorang teramat sakit
Ingin rasanya kusobek rasa itu hingga keping 
Takkan kupelihara karena kan membunuhku
Hanya bersabar dan tabah yang bisa kulakukan


Malam Sunyi Tanpa Dirimu
Karya: Rayhandi

Aku kesepian tanpa dirimu
Sendiri aku termenung memunggung malam
Sendiri aku terduduk meratap dirimu
Yang mungkin takkan kembali

Di sudut kamar aku biru meramu
Menjamu setiap cercah cahaya yang datang
Mengingat dirimu yang takkan bisa kurengkuh
Memahami bahwa kita terpaut jauh

Ingin rasanya aku memelukku
Menggumam namamu di mimpi tidur
Menyentuhmu dengan jemariku
Merasa bahwa kau ada di sini

Biarlah malam ini aku mengenangmu
Untuk terakhir ini biarlah malam jadi saksi
Aku menyebutmu dalam doa
Di sunyi hitam namamu kulupa.